Kapan sebenarnya batik dan budaya membatik mulai ada di Jawa masih sulit diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan sebelum Hindu masuk Jawa, ada pula yang mengatakan sejak zaman Majapahit. Motif batik tradisional dapat ditemui pada relief candi, antara lain patung Syiwa di Candi Dieng (abad 9); patung Ganesha di Candi Banon Borobudur (abad 9); patung Hari‐Hara di Blitar, patung Syiwa di Singosari (abad 13); patung Padmapani di Jawa Tengah (abad 8‐10).
Masa suramnya mulai pertengahan Era 1980 karena beberapa hal, transmigrasi, pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri, tumbuh pesatnya industri garment, dan lain-lain.
Transmigrasi, pembatikan tumbuh di luar Jawa, karena para transmigran dari Jawa membawa dan mengembangkan pembatikan di tempat pemukiman barunya.
Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Heritage) Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009 oleh UNESCO, pembatikan di Indonesia berkembang dengan pesat dan menggembirakan.
Batik tumbuh dan berkembang sebagai identitas budaya lokal yang saling melengkapi ekspresi budaya lainnya.
Batik dalam kehidupan masyarakat indonesia dalam masyarakat jawa biasa digunakan untuk :
- upacara perkawinan
- acara siraman
- acara midodareni
- acara akad nikah
- saat kematian
Batik dalam masyarakat jawa diantaranya :
- Batik Keraton
- Batik Saudagaran
Sedangkan dalam masyarakat di luar suku jawa Sebagaian besar tidak memiliki pemaknaan. Batik pada saat sekarang sudah hampir diproduksi di seluruh Indonesia. Batik melalui ragam hiasnya yang khas dan beragam, dijadikan identitas dan citra daerah tertentu.
Motif dan ragam hias batik tradisional amat banyak dan terus berkembang, sampai saat ini sudah ada kurang lebih 10.000 motif, ragam hias, dan isen-isen yang sudah ada dalam data base Balai Besar Batik Yogyakarta.
Corak dan motif batik dari tahun ke tahun banyak dipengaruhi diantaranya pengaruh niaga :
- Arab
- Cina
- India
- Eropa
ada juga dipengaruhi oleh politik diantaranya :
- Jepang : Batik Hokokai
- Presiden Soekarno : Batik Persatuan