Batik di zaman penjajahan Jepang (1942–1945) atas pesanan pembesar Jepang kepada pembatik Peranakan di Pekalongan, dicirikan oleh penggunaaan warna-warni yang sangat ramai dengan format pagi-sore, dan dimasukkannya unsur budaya Jepang (seperti bunga krisan dan sakura) sebagai motif; istilah Djawa Hokokai yang berarti ‘himpunan kebaktian rakyat Jawa’ diambil dari nama suatu lembaga gerakan politik untuk mengerahkan tenaga segenap lapisan masyarakat Pulau Jawa guna mendukung upaya Jepang memenangkan Perang Pasifik.