Hartono lahir di Arjiwinangun tahun 1953. Bentuk rasa cinta anak bangsa pada warisan budaya dan tradisi Tanah air dapat diwujudkan dalam beragam hal. Seperti Hartono Sumarsono, seorang kolektor batik yang begitu jatuh hati dengan kain berbagai motif dan warna tersebut.
Bagi Hartono, batik telah menjadi ciri khas Indonesia, terlebih ketika UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia. Sebagai warga negara Indonesia, ia sangat mencintai barang-barang seni dan batik ia pilih sebagai koleksi utama.
Kecintaannya pada batik tumbuh pada 1983 silam dengan mulai membeli batik. Tak hanya itu, hatinya pun tergugah lewat ungkapan para pedagang yang menjual barang-barang antik.
“Pertama-tama suka dengan keramik-keramik Cina dan saya belanja itu di Jalan Surabaya, Menteng. Di sana, pedagang-pedagang Minang menceritakan alangkah sayangnya batik-batik kita dibawa oleh orang-orang mancanegara. Kemungkinan suatu hari batik yang bagus itu tak ada di Indonesia lagi,” ungkap Hartono kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Kata-kata para pedagang tersebut berhasil membuat Hartono berpikir. Terlebih ia berdagang batik, meski yang dijual itu tekstil motif batik. Bermulai dari momen tersebut, ia pun mulai mengoleksi ragam batik. Lantas, apa koleksinya yang paling langka?
“Yang sangat langka itu bed cover. Kalau saya berpikir tentang bed cover itu kemungkinan besar dimiliki seorang kapiten karena sangat jarang sekali sudah 35 tahun mengoleksi batik nggak pernah melihat orang menjual bed cover semacam itu,” lanjutnya.
Penelusuran Hartono kian merasuk pada motif-motif yang dihadirkan di batik. Arti batik, sambungnya, begitu penuh arti seperti simbol-simbol hewan sangat luar biasa yakni sebagai doa, harapan, dan nasehat orangtua kepada keturunannya.
“Pesisir dari banyak tempat, dari Cirebon, Pekalongan, Tegal, Kudus, Lasem, Sidoarjo, Madura, Banyumas. Belakangan, saya mengoleksi batik-batik dari saudagar batik dari Solo,” jelasnya.
Batik yang cantik ternyata memiliki musuh yang sangat dihindari oleh para kolektor, termasuk Hartono. “Musuh utama dari batik itu adalah ngengat, ngengat datang kalau tempatnya lembap biasanya langsung bolong. Sekarang pakai AC supaya udaranya kering,” ungkap Hartono.
Ada kisah pilu yang menimpa Hartono terkait kain batik koleksinya yang menjadi sasaran ngengat. Momen itu terjadi pada tahun 90-an ketika ia agak bosan hingga tidak membuka lemari selama tiga tahun.
“Ada (yang) langsung bolong. Ada 1,5 sentimeter dan itu batik Belanda bukan batik biasa makanya jadi ingat,” ungkap Hartono.
Penulis : Putu elmira
Sumber : liputan6.com