Lahir 28 Maret 1968. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. dilahirkan di desa Trusmi Plered Cirebon. Daerah ini terkenal sebagai sentra industri kerajinan batik Cirebon yang sangat terkenal hinggga manca negara. Sejak kecil di lingkungan keluarga dan teman-temannya sering dipanggil dengan nama Komar. Komar terlahir dari keluarga yang mempunyai keturunan mempunyai usaha kerajinan batik tradisional di daerah Trusmi. Darah yang mengalir dari ayahnya lebih kental dengan talenta berdagang, sedangkan dari garis keturunan ibu lebih banyak mengalir talenta seni yang mendorong jiwanya hingga saat sekarang. Sejak kecil Komar sudah mengenal beraneka macam desain-desain batik tradisional yang dikerjakan atau yang diperdagangkan oleh kedua orang tuanya. Disamping itu seringkali kedua orang tuanya mengajaknya untuk berdagang memasarkan batik ke berbagai kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Ketika menginjak usia remaja dan hampir lulus SMA di tahun 1987, orang tuanya berpesan agar Komar tidak meneruskan profesi sebagai pedagang batik keliling dan diharapkan bisa meneruskan belajar ke perguruan tinggi yang sesuai dengan pilihannya dan bisa bekerja di perusahaan, hal ini dikarenakan kondisi bisnis batik pada saat itu kurang baik, sering terjadi keterlambatan dalam hal pembayaran. Hal ini dikarenakan sekitar tahun 1987an, usaha perdagangan di bidang batik sedang mengalami kelesuan ditambah lagi dengan sistem pembayaran yang kurang mendukung dengan banyaknya pembayaran yang mundur dari 5 bulan hingga 8 bulan. Lulus SMA tahun 1987 kemudian Komar mengikuti kursus Komputer di PIKSI ITB selama 6 bulan.
Setelah lulus Komar ikut bekerja di PIKSI – ITB untuk menangani berbagai macam proyek Komputerisasi di PT. Perkebunan seluruh Indonesia.
Tahun 1992 Komar mulai bekerja di Jakarta pada sebuah perusahaan dengan nama PT. Alas Buana Raya (ABR) yang bergerak di bidang perakitan komputer jalan tol dan pembuatan sistem informasi manajemen berbasis komputer.
Selama bekerja di Jakarta, setiap ada kesempatan waktu Komar mencoba berusaha untuk berdagang keliling menawarkan batik-batik produksi dari orang tua dan keluarga dari Cirebon. Komar selalu berusaha menampung aspirasi dan keinginan para pembeli untuk melakukan terobosan-terobosan desain yang baru dan unik agar mampu bersaing dengan pedagang batik lainnya. Sejak saat itu Komar sering mencoba dan berlatih untuk membuat desain-desain batik yang sederhana, serta mengumpulkan berbagai cuplikan atau potongan ragam hias batik dari berbagai sumber dan contoh kain-kain batik yang sudah ada. Hampir semua potongan desain dikumpulkan dan didokumentasikan dengan rapih.
Jabatan terakhir sewaktu Komar bekerja di PT. ABR Jakarta tahun 1996, adalah Site Manager Proyek PERTAMINA RED II (Refinery Equipment Databank) di Dumai dengan penghasilan 1,5 juta per bulan. Menjelang terjadinya krisis moneter, perusahaan mengalami masa-masa yang sulit hingga akhirnya dengan terpaksa perusahaan melakukan restrukturisasi banyak karyawan termasuk Komar.
Akhir tahun 1996 Komar diminta bergabung dengan pengusaha rotan dari Cirebon sewaktu masa kuliah dulu yang sempat Komar bekerja, untuk berwirausaha membuka PT. Pitaloka BNH (General Suplier), membuka showroom rotan dan kedai Nasi Jamblang makanan Khas Cirebon dengan gaji Rp. 750.000,-/bulan dengan jabatan sebagai direktur. Kesempatan tersebut Komar manfaatkan dengan tujuan dan harapan sebagai sarana belajar agar mampu memimpin perusahaan secara langsung dan mandiri walaupun masih menggunakan modal usaha dan kepercayaan dari orang lain. Rupanya usaha dibidang makanan dan showroom rotan di Bandung selama 2 tahun tidak berjalan mulus sesuai dengan rencana semula. Selama jualan furnitur rotan dan kedai nasi, Komar manfaatkan untuk berjualan batik dalam sekala kecil dengan alat display seadanya.
Sewaktu mengelola usaha nasi Jamblang dan showroom rotan, Komar banyak mendapatkan pengalaman yang sangat positif untuk menapaki bisnis ke depan dengan lebih maju. Hal ini dikarenakan sudah terlatih dengan dituntut untuk membuat perencanaan serta strategi yang matang, imajinatif, berani mengambil resiko, serta berani mengambil keputusan untuk mencapai tujuan.
Setelah dua tahun bisnis showroom rotan berakhir dan seluruh modal pinjaman Komar kembalikan kepada pemiliknya. Komar akhirnya mencoba untuk memulai berwirausaha mandiri dengan modal awal sekitar 30 jutaan.
Di pertengahan tahun 1997 atas saran dari Bapak Soenaryo pematung dan juga dosen seni rupa ITB KOMAR diminta untuk mengikuti lomba desain atau pameran-pameran batik. Kebetulan Yayasan Batik Indonesia pada akhir tahun 1997 mengadakan Lomba Cipta Selendang Batik Internasional yang diadakan di kota Yogyakarta. Pada waktu itu Komar menyertakan 5 desain selendang batik untuk diikut sertakan pada lomba tersebut.
Alhamdulillah dari 5 desain yang dikirimkan 2 diantaranya terpilih menjadi juara I dan juara harapan I dengan total hadiah 6 juta rupiah.
Juara I untuk desain selendang dengan nama Selendang Pittaloka, dan untuk juara harapan 1 dengan nama desain selendang Jasuma.
Dengan hasil juara yang telah didapat maka semakin tertantang untuk membuat desain-desain yang lain dan lebih bersemangat untuk menjalankan usaha batik secara mandiri dan profesional. Terlebih lagi adanya dukungan dari berbagai pihak yang mengarahkan dan memberi semangat untuk lekas maju. Dukungan dari pimpinan kantor Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Bpk. H. Maman Abdurrahman yang membuka jalan untuk menggunakan kain tenun ATBM dari Garut. Dukungan dari dosen-dosen serta seniman senior di Bandung menambah semangat dan membuka jalan pikiran untuk membuka showroom batik dengan brand batik KOMAR.