Batik indigo adalah batik berperwarnaan alam menggunakan daun nila. Pemilik Galeri Batik Jawa ini melabeli produknya dengan brand Indigo Tinctoria untuk pasar internasional. Galeri Batik Jawa merupakan usaha keluarga yang dibangun pasca gempa Jogja 2006 silam. Melalui pameran, festival dan forum ekonomi dunia di Singapura, Thailand, Italia, Australia, Swiss, dan Belanda, ia memperkenalkan produk-produknya tersebut.
Pada tahun 2009, dia mulai mengenalkan Batik Indigo yang menjadi koleksi dari Galeri Batik Jawa dengan mengikuti sebuah pameran di Jakarta. Seiring berjalannya waktu, batik yang dikembangkan akhirnya mulai mendapat kesempatan untuk ditampilkan di berbagai pameran luar negeri. Batik ini proses pewarnaannya menggunakan daun nila atau Indigofera tinctoria, dan akan menghasilkan warna biru alami. Warna ini adalah warna tertua yang ditemukan pebatik saat zaman penjajahan Belanda. Selain motif, makna dan filosofi yang dimiliki batik mengembalikan batik ke pewarna alam menjadi daya tarik tersendiri di pasar international, khususnya Eropa. Mengingat, saat ini banyak masyarakat yang sadar untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan, dibandingkan pewarna sintetis yang bisa merusak lingkungan.
Berkat inovasi tersebut, Wanita yang memiliki nama asli Mayasari Sekarlaranti ini Galeri Batik Jawa Indigo pada 2013 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai galeri yang mampu menciptakan batik indigo alami untuk segala musim dan diterima di hati masyarakat. Melalui semua usahanya ini, Nita berharap, pembatik Indonesia bisa mengalami regenerasi, sehingga tak hanya mereka yang sudah tua yang menjadi pembatik, generasi muda pun bisa bangga menjadi seorang pembatik.
Sumber : batiklopedia | infobatik