• Indonesia
  • English
Tumbu Ramelan
Close
  • Home
  • Tentang Kami
  • Blog
  • Events
  • Profil Insan Batik
  • Kamus Batik
  • Katalog Batik
  • Tanya Jawab
  • Links

Kamus Batik

  • A
  • B
  • C
  • D
  • E
  • F
  • G
  • H
  • I
  • J
  • K
  • L
  • M
  • N
  • O
  • P
  • Q
  • R
  • S
  • T
  • U
  • V
  • W
  • X
  • Y
  • Z

B

Burung Hong (feng huang)

Burung mitologi Cina yang indah berwarna-warni, dari depan tampak seperti angsa liar, berkepala dan berparuh seperti ayam jantan, berjambul bak mentok, berleher ular, bersisik naga, punggungnya mirip kura-kura atau harimau, dengan ekor berbulu dua belas helai yang menyerupai ekor ikan (dan adakalanya diberi bermata seperti ekor merak), hanya mau makan biji bambu, dan jarang sekali menampakkan diri kecuali jika negara sedang penuh kedamaian dan rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Dalam budaya Cina burung hong diidentikkan dengan maharani pelambang keratuan, sebagai pasangan naga yang merupakan pengejawantahan kaisar, akan tetapi nama majemuknya merupakan gabungan burung jantan feng dan burung betina huang karena memang melambangkan kerukunan kehidupan perkawinan, serta juga keberuntungan dan kehormatan martabat tinggi. Identitasnya umumnya dikacaukan dengan––sehingga lalu disebut––funiks (phoenix), hewan pemangsa atau pemakan

daging yang merupakan burung mitologi kebudayaan dunia barat kuno yang memiliki landasan falsafah dan makna budaya berbeda. Stilisasi burung hong sering dipakai dalam batik Cina dan batik pesisir klasik lainnya, umumnya digambarkan dengan sayap mengembang untuk menampilkan helaian bulu yang terpisah dan tajam-tajam (pogok-pogok atau ren-renan) dan dengan bulu ekor yang menjurai panjang; bandingkan funiks, sawunggaling.

Buketan (bouquet)

Pola batik dicirikan dengan pajangan-pajangan karangan bunga yang ukurannya umumnya besar-besar sampai selebar kain

Belumbangan

Satuan gugus batik dalam himpunan Berbidangan, merupakan gabungan pola-pola batik yang hiasannya tersusun atas bidang-bidang yang dibatasi oleh sabuk-sabuk lebar saling bersilangan dihiasi motif batik seperti parang atau kawung, dan berisi stilisasi hiasan utama yang ditonjolkan; menampung pola-pola seperti ciptoning, ksatriyan, nagaraja, dan Ratih-Kamajaya

Batik Vorstenlanden

Sebutan bercitra tempo doeloe untuk batik bergaya klasik dan tradisional yang diproduksi di wilayah Kesunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, kadipaten Mangkunegaran, dan kadipaten Pakualaman yang waktu itu semuanya berada dalam hegemoni Hindia Belanda, yang pembuatannya berkiblat sehingga mendapatkan inspirasinya dari keraton dan puri para penguasanya sebagai pewaris pakem batik yang sarat dengan muatan falsafah budaya dan peradaban Jawa

Batik Tiga Negeri

Batik yang proses pembuatannya dikerjakan di tiga daerah berlainan yang berpewarnaan merah dibuat di Lasem, berpewarnaan biru dilakukan di Pekalongan, dan pewarnaan sogan di Solo.

Batik Storjoan

Nama yang diberikan oleh masyarakat Madura untuk kain batik yang dulu dibuat pembatik Sidoarjo untuk dijual di Madura, sehingga bergaya Madura dan bermotif pedesaan yang kasar, umumnya juga diwarnai secara coletan tetapi bercorak sogan; di Sidoarjo sendiri batik tersebut disebut batik Maduran

Batik Saudagaran

Hasil gaya pembatikan yang dikembangkan pengusaha batik di kota Solo dan Yogyakarta pada pertengahan abad XIX sampai pertengahan abad XX untuk keperluan masyarakat umum di luar keraton, dengan motif-motif klasik dan penatawarnaan tradisional yang dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak sampai melanggar larangan, aturan, dan etika berbusana yang dikeluarkan oleh raja-raja yang berkuasa

Batik Rifaiyah

Hasil gaya pembatikan yang pengerjaannya didasarkan pada ketaatan mutlak terhadap ajaran Islam yang melarang umatnya untuk menghadirkan ilustrasi makhluk hidup, sehingga hiasan hewan sering distilisasi secara sangat abstrak dengan bentuk tubuh seperti dedaunan, kepala dihilangkan, atau diberi berkaki enam sampai tidak bisa dikenali lagi objek yang diwakilinya.

Batik Print

Tekstil bermotif batik;

Batik Prangkemon

Gaya pembatikan  oleh pembatik Indo-Jerman Nona Carolina Josephina von Franquemont, wanita Eropa pertama yang mulai membatik pada tahun 1840

Batik Peranakan

Batik yang dibuat para pengusaha Peranakan Cina terutama di pesisir utara Jawa Tengah yang merupakan adaptasi dan pengembangan dari budaya Cina yang dipadukan dengan gaya tradisional batik setempat

Batik Paoman

Batik buatan desa Paoman (pa+omah+an = perumahan) di Indramayu; lihat batik Indramayu

Batik Panselen

Model batik yang dikembangkan oleh Nyonya (Lies) Eliza Charlotta van Zuylen .

Batik Panostroman

Gaya pembatikan yang dibuat dan dikembangkan oleh Nyonya (Anna) Catharina Carolina van Oosterom di Banyumas, dicirikan oleh penerapan warna cerah pesisiran pada batik Yogyakarta dan juga penggunaan motif-motif Eropa (seperti bidadari atau dewa-dewi asmara, buah anggur, tokoh dongeng barat.

Batik Pakualam

Gaya pembatikan puri Pakualaman di Yogyakarta yang merupakan perpaduan antara batik keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta.

Batik Monokrom

Batik yang dibuat dengan hanya sekali pencelupan warna

Batik Metz

Hasil gaya pembatikan yang dikembangkan oleh pembatik Indo Belanda Nyonya Lien Metzelaar di Pekalongan pada tahun 1880–1918,

Batik Materos

Salah satu gaya pembatikan di daerah Banyumas dikembangkan oleh pembatik Indo Belanda Nyonya Matheron (nee Willemse) salah seorang kemenakan Nona van Oosterom, 21

Batik Lurik

Kain kotak-kotak atau bergaris-garis hasil tenunan tangan benang hitam dan putih dari Tuban, yang kemudian dibatik dengan menggunakan garis-garisnya sebagai pemandu pembuatan motif nitik, lalu dicelup dengan pewarna merah atau biru

Batik Lawasan

Gaya pembatikan daerah Sragen dengan sentuhan penyudahan yang menghasilkan kain berona kelabu, sehingga batik yang baru selesai dibuat terlihat sangat menarik karena terkesan sudah berumur puluhan tahun, tua, kuno, dan antik

Batik Lasem

Pengaruh Cina yang kuat, dengan pewarnaan bangbangan, bang biron, bang biru ijo, dan bang ungon; blangkoan

Batik Krakel (cracking batik)

Lihat pembatikan kaustikan

Batik Kombinasi (combination batik)

Kain batik yang pelilinan hiasannya diperoleh dari gabungan hasil canting cap dan canting tulis; bandingkan batik cap, batik tulis

Batik Keraton

Gaya pembatikan di dalam keraton kesunanan Surakarta, kesultanan Yogyakarta, serta pura kadipaten Mangkunegara dan Pakualam, dengan motif-motif larangan dan klasik berupa stilisasi bebungaan keramat, pohon hayat, dampar, candi, meru, dan naga, serta burung garuda yang semuanya sarat dengan pemaknaan simbolisme berdasarkan perlambangan budaya dan peradaban Jawa yang mapan dan disakralkan, hampir tidak pernah berbentuk sarung sehingga tidak mengenal adanya pemisahan badan dan kepala, dengan gaya stilisasi hiasannya yang condong sangat mengabstrakkan objeknya sehingga bentuk aslinya terkadang sulit dikenali.

Batik Kelengan

Batik  berwarna biru  berlatar putih susu, atau sebaliknya, karena hanya diwedel saja lalu terus dibabar dan dilorod;

Batik Kaligrafi Arab

Hasil gaya pembatikan yang motifnya mengandung tulisan berhuruf Arab indah yang sering diambilkan dari ayat-ayat suci Al Quran sehingga tidak boleh dikenakan pada bagian bawah tubuh

Batik Jufri

Gaya pembatikan yang dikembangkan oleh Al Jufri, seorang pengusaha Arab

Batik Jawa Baru

Pembatikan pada awal tahun 1950-an pasca batik Djawa Hokokai tetapi dengan corak lebih pekat dan kisaran warna .

Batik Indramayu

Gaya pembatikan  daerah Indramayu yang umumnya dipenuhi dengan isen-isen berupa sawut dan juga titik- titik berwarna karena diperoleh dengan teknik cocohan, hiasannya kental bermotif objek-objek kebaharian setempat yang sering bersifat naturalis disajikan secara non- geometris untuk menghasilkan pola seperti ganggengan, urang-ayu, iwak etong dan kapal kandas.

Batik Hardjonagaran

Hasil gaya pembatikan yang dikembangkan oleh Panembahan Go Tik Swan Hardjonagoro, dengan menciptakan motif-motif batik baru yang diberi nuansa warna tradisional, atau penggunaan corak warna pesisir pada motif klasik tradisional yang dipermodern, tetapi tidak meninggalkan semangat dan budaya asali (asas nunggak semi) sehingga batik yang dihasilkannya tetap disarati makna filosofi Jawa.

Batik Gentongan

Batik tulis halus khusus berpewarnaan alami sangat indahnya yang dipraktikkan oleh pembatik Tanjung Bumi (Bangkalan – Madura), melalui cara pembatikan gentongan yang untuk mendapatkan warna-warna prima yang diinginkannya maka pencelupan dilakukan dengan merendam berkali-kali berbulan- bulan lamanya dengan menggunakan gentong besar yang dibenam dalam tanah; lihat lebih lanjut pembatikan gentongan

Batik Gedog

Kain batik buatan desa Kerek (Tuban) yang bahan dasarnya adalah kain gedog bersumberkan benang kapas hasil tanaman sendiri yang lalu dipintal dengan tangan dan ditenun secara tradisional oleh remaja setempat, terus dibatik oleh para wanita muda, dan kemudian diwedel serta disoga oleh generasi tuanya

Batik Garut

Pembatikan daerah Garut (Jawa Barat) dengan motif geometrik, naturalis atau realistik, terkadang dipungut dari daerah lain tetapi lalu diesuaikan dengan kehidupan sosial budaya sehari-hari masyarakat dan lingkungan setempat, seperti dicontohkan oleh motif rereng dokter, sidomukti papatong, atau mojang Priangan, yang sederhana tetapi meriah dan terkesan genit karena tidak diberi beban untuk mengandung makna atau filosofi

Batik Ganefo

Batik yang populer sekitar tahun 1964, dengan warna-warna tajam untuk dibuat rok, gaun, atau kemeja. Nama ‘ganefo’ merupakan akronim Games of New Emerging Forces.

Batik Fraktal (fractal batik)

Batik yang motifnya dikembangkan dari pengolahan kembali hiasan tradisional dengan menggunakan rumus-rumus matematika fraktal dan bantuan komputer sehingga dihasilkan rancangan yang seakan-akan tak terbatas

Batik Dua Negeri

Kain batik yang proses pembuatannya tempo doeloe dikerjakan di dua daerah pembatikan berlainan, yang berbeda-beda pula gaya dan kekhususannya,

Batik Djawa Hokokai

Batik di zaman penjajahan Jepang (1942–1945) atas pesanan pembesar Jepang kepada pembatik Peranakan di Pekalongan, dicirikan oleh penggunaaan warna-warni yang sangat ramai dengan format pagi-sore, dan dimasukkannya unsur budaya Jepang (seperti bunga krisan dan sakura) sebagai motif; istilah Djawa Hokokai yang berarti ‘himpunan kebaktian rakyat Jawa’ diambil dari nama suatu lembaga gerakan politik untuk mengerahkan tenaga segenap lapisan masyarakat Pulau Jawa guna mendukung upaya Jepang memenangkan Perang Pasifik.

Batik Coletan

Kain batik yang pewarnaan motif utamanya diperoleh melalui pencoletan dengan kuas, dan bukan dengan proses pencelupan

Batik Coenraad

Hasil gaya pembatikan oleh pembatik Indo Belanda kakak- beradik Nona E.Coenraad dan M.Coenraad sejak tahun 1880 di Pacitan, yang menggunakan corak tradisional pewarna alami biru nila dan cokelat soga pada motif- motif Eropa

Batik Cina

Hasil dibuat pembatik Tionghoa untuk memenuhi kebutuhan akan kain-kain terkait ritual kepercayaan budayanya (seperti penghias altar tok wi, kain yang digantung sebagai penolak bala mui li, selendang sutra lok can, gendongan bayi, dan saputangan toka), bermotifkan naga liong, burung feng huang, anggrek lan hua, hewan kilin, para dewa, dan simbol-simbol budaya Cina lainnya;

Batik Cap (stamped batik)

Kain batik yang pelilinan hiasannya dilakukan dengan menggunakan canting cap

Batik Besurek

Pembatikan yang berkembang di Bengkulu yang motifnya mengandung stilisasi tulisan dengan aksara setempat (Kaganga) yang sepintas mirip tulisan berhuruf Arab

Batik Bermal

Kain batik khusus untuk bahan baju sehingga peletakan hiasannya sudah dipolakan

Batik Belanda

Hasil gaya pembatikan yang dibuat oleh pengusaha batik wanita Belanda dan Indo Belanda––seperti  Carolina Josephina von Franquemont, Catharina Carolina van Oosterom, Lien Metzelaar, A.J.F. Jans, dan Eliza Charlotta van Zuylen––yang berlandaskan budaya barat, dengan corak warna-warni pastel yang lembut tetapi tidak meriah seperti batik Peranakan,

Batik (batik)

Teknik dan proses pewarnaan celup rintang kain dengan menggunakan cairan lilin batik (atau bahan bersifat serupa lainnya) untuk menutupi bagian hiasan yang tak ingin terwanai

Barong

Hewan mitologi yang dicitrakan sebagai gabungan beruang, macan loreng, singa, maung, dan baung,

Banyu Mili (trickling water)

Isen-isen berupa titik-titik yang dideretkan dalam garis-garis teratur mengikuti kontur hiasannya, untuk mencitrakan kemulusan pelaksanaan segala hajat

Banji

Hiasan yang dikembangkan dari stilisasi swastika pelambang sumber kekuatan yang berdaya menolak bala

Bang – Ungon (rendered red and violet)

Kain batik dengan ragam hias merah dan ungu

Batik Bang – Biron (red and blue batik)

Kain batik dengan hiasan berwarna merah

Bangbangan (red batik)

Kain batik pesisiran yang ragam hiasannya berwarna merah (abang)

Bandul (weight)

Pemberat, digunakan untuk menjepit atau menahan mori yang sedang dibatik di gawangan

Bal (bale)

Satuan ukuran jumlah kain mori tempo doeloe yang umumnya dibungkus dalam karung goni tertentu tetapi kurang jelas takarannya

Badan (body)

Bagian terbesar bidang  batik

Babaran Pacitan

Sebutan untuk hasil pewarnaan akhir pembatikan kakak-adik Nona E.Coenraad dan M.Coenraad pembatik Indo Belanda di Pacitan

Babaran Jonasan

Proses penyudahan pembuatan batik dengan menggunakan resep penambat warna ciptaan Meneer Jonas, di Solo.

Babaran Emas

Sebutan untuk hasil pengerjaan akhir yang menghadirkan batiknya dalam tata warna yang betul-betul dapat menimbulkan kesan kemilau keemasan sangat kuatnya, terutama karena digunakannya berbagai corak kuning yang berbeda-beda di atas latar warna cokelat tua, seperti diperlihatkan oleh beberapa kain batik yang tempo doeloe dihasilkan oleh perusahaan pembatik Belanda Nyonya Lies van Zuylen

Babaran

Cara penyudahan pembuatan batik tulis tradisional, berupa pencelupan terakhir difungsikan juga untuk memfiksasi warna keseluruhan batiknya agar tidak mudah luntur.

Tumbu Ramelan Collection
Batik Tumbu Ramelan

Batik Tumbu Ramelan berisi informasi perkembangan dan koleksi Batik di Indonesia

© 2020 Tumbu Ramelan Collections. All rights reserved.
  • Home
  • Tentang Kami
  • Blog
  • Tanya Jawab