Burung mitologi Cina yang indah berwarna-warni, dari depan tampak seperti angsa liar, berkepala dan berparuh seperti ayam jantan, berjambul bak mentok, berleher ular, bersisik naga, punggungnya mirip kura-kura atau harimau, dengan ekor berbulu dua belas helai yang menyerupai ekor ikan (dan adakalanya diberi bermata seperti ekor merak), hanya mau makan biji bambu, dan jarang sekali menampakkan diri kecuali jika negara sedang penuh kedamaian dan rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Dalam budaya Cina burung hong diidentikkan dengan maharani pelambang keratuan, sebagai pasangan naga yang merupakan pengejawantahan kaisar, akan tetapi nama majemuknya merupakan gabungan burung jantan feng dan burung betina huang karena memang melambangkan kerukunan kehidupan perkawinan, serta juga keberuntungan dan kehormatan martabat tinggi. Identitasnya umumnya dikacaukan dengan––sehingga lalu disebut––funiks (phoenix), hewan pemangsa atau pemakan
daging yang merupakan burung mitologi kebudayaan dunia barat kuno yang memiliki landasan falsafah dan makna budaya berbeda. Stilisasi burung hong sering dipakai dalam batik Cina dan batik pesisir klasik lainnya, umumnya digambarkan dengan sayap mengembang untuk menampilkan helaian bulu yang terpisah dan tajam-tajam (pogok-pogok atau ren-renan) dan dengan bulu ekor yang menjurai panjang; bandingkan funiks, sawunggaling.